Perlindungan Sosial

Mengenal Skizofrenia Lebih Dekat

Mengenal Skizofrenia Lebih Dekat

 

 

Sabtu (29-05) lalu, Perhimpunan Jiwa Sehat menyelenggarakan webinar dalam rangka memperingati Hari Skizofrenia. Webinar ini turut mengundang Mazidatun Maftukhah, SS, seorang mahasiswa S2 SGPP Indonesia sekaligus penyintas skizofrenia dan dr. Indraswari, SpKJ sebagai psikiater RSU Muntilan. Keduanya berpartisipasi sebagai narasumber. Dyah Indrapati. SPsi, MPP, seorang psikolog juga turut hadir dalam diskusi  sebagai moderator.

Dalam diskusi ini, Mazidatun berbagi mengenai pengalamannya sebagai seorang penyintas skizofrenia. Ia mengatakan bahwa kampus tempatnya menempuh pendidikan berperan banyak dalam mendukung pemenuhan kebutuhan belajarnya. Dalam beberapa kali kesempatan, Mazida memaparkan bahwa dirinya diperbolehkan rehat di tengah-tengah jam pembelajaran bila dirasa diperlukan. Ia juga pernah beberapa kali meminta penyesuaian seperti mendengarkan musik ketika ujian, istirahat di belakang kelas ketika kelelahan, dan lain-lain. Penyesuaian dan pemenuhan kebutuhan seperti ini penting bagi penyandang disabilitas mental untuk menunjang kenyamanannya dalam proses belajar. Dyah Indrapati menegaskan hal yang sama. Ia mengatakan bahwa dirinya juga sekelas dengan Mazida dan turut mengupayakan kondisi tersebut terpenuhi, sehingga teman-teman penyandang disabilitas mental seperti Mazida bisa tetap mengikuti pembelajaran dengan ritme dan kondisi yang bisa ia sesuaikan sendiri.

 

Praktik penyelenggaraan akomodasi yang layak khususnya kepada penyandang disabilitas mental ini masih relatif jarang diterapkan di institusi pendidikan. Padahal, ada beberapa kondisi yang dialami penyandang disabilitas yang perlu disesuaikan demi menciptakan lingkungan yang inklusif bagi mereka. Absennya modifikasi dan penyesuian yang perlu dan sesuai bagi peserta didik penyandang disabiltias sangat mungkin berdampak pada sulitnya mereka menjalani pendidikan yang setara seperti yang lainnya. Salah satu dampak yang paling mudah ditemukan adalah banyaknya penyandang disabilitas yang mengalami drop out karena dianggap tidak bisa menyelesaikan masa studinya secara tepat waktu, absen kelas dalam jangka waktu yang lama karena relaps,  dan banyak alasan lainnya yang sebenarnya berhubungan dengan disabilitasnya.

 

Dokter Indraswari juga menggarisbawahi, faktor pendukung dari lingkungan penyandang disabilitas mental sangat berpengaruh bagi perkembangan kondisi mereka. Dalam masa pemulihan, para penyandang disabilitas yang mendapat dukungan penuh dari keluarga, lingkaran pertemanan, juga termasuk lingkungan sosialnya dapat melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari sama seperti masyarakat umumnya. Dengan demikian penyelenggaraan akomodasi yang layak, termasuk di institusi pendidikan, sangat penting untuk dilakukan.

Social Media PJS