Ruang Kreasi

 

Tiba ditanah banten

Part 2

 

“kau yakin masih mau melanjutkan perjalan ini clent?’  kau tau kan clent, selama diperjalanan yang telah kita lewati kita tidak menemui sedikit pun keanehan disini”,

Tom yg ahirnya terpaksa memutuskan untuk ikut dengan clent untuk menyusuri keanehan – keanehan yang terjadi di kerajaan mereka masih terlihat tak menerima dengan keputusan sahabatnya itu. Dan alhasil selama diperjalanan ia tak berhenti merajuk temannya untuk kembali kekerajaan.

“sudahlah tom, lebih baik coba kau buka peta yang ku berikan padamu, dan kau lihat berada dimana kita sekarang ini”, tukas clent , tak menimpali ucapan tom.

“apakah itu berarti kau akan menghentikan perjalan saat kau tau dimana lokasi kita saat ini.., iya kan clent?”

“mungkin”,

“maksudmu clent?

“aku pikir setelah hampir sebulan kita menempuh perjalan ini, kita memang belum menemui keanehan keanehan yg berarti. Mungkin…, kau benar tom. Tapi, coba kau lihat peta itu tom  berada dimana kita ini, aku perhatikan…, di setiap sisi jalanan yang kita lalui banyak sekali bunga mawar merah”.

“kau benar clent, tempat ini sangat indah. Selain pegunungannya yang menjulang tinggi, pepohon disini juga indah – indah. Oya, coba aku lihat dipeta”, tom segera memeriksa peta yang sedari tadi dipegangnya sementara pharmin didepannya masih terus mengais kuda yg ditunggangi mereka tanpa menoleh sedikitpun.

“menurut peta ini kita sekarang berada ditanah banten clent. Dan tak jauh dari sini kita akan memasuki kerajaan manucakra”,

“kerajaan manucakra…, tanah banten…, clent mengulangi perkataan temannya itu seperti berkata dengan dirinya sendiri”.

“benar clent. Kau tau daerah dan kerajaan itu clent?”

“tidak tom aku sama sekali tidak tau. Nama kerajaan itupun baru aku dengar. Bagai mana dengan kau pharmin, apakah kau pernah mendengar nama daerah itu?”

“saya tidak pernah tau nama kerajaan tersebut tuan tapi, kalu tanah banten.., sepertinya saya sedikit tau tuan”, pharmin segera menjawab pertanyaan tuannya itu dan lagi lagi tampa menoleh sedikitpun.

“saat ini kita berada dipulau jawa tuan dan tanah banten merupakan bagian dari pulau jawa. Itu menurut yang saya ketahui. dan..,

Pharmin tidak segera melanjutkan perkataannya karena terhenti dengan perkataan tom yg memotong percakapannya.

“kau lihat clent di ujung sana ada kedai makan, aku kira lebih baik kita mampir sebentar kekedai itu”,

“untuk apa tom?’

“perutku dari pagi belum terisi apapun.masa kau tega dengan temanmu ini clent.  Kau setuju kan clent?”

“hmm…, aku sudah duga itu tom, pasti itu maksudmu. Tapi…, baiklah aku setuju denganmu tom kita mampir sebentar”.

“untuk makan kan clent?”,

“tentu saja bukan tom, tapi untuk mencari keterangan”,

Clent tersenyum melihat temannya cemberut menanggapi jawabannya. Ia tau kalau untuk uerusan makan, pasti kawannya yang bertubuh tambur itu selalu mempunyai ide yg cemerlang. Sambil meminta pharmin berhenti clent tak henti memperhatikan suasana yang disebut tanah banten tersebut,

 

Ila. Peristiwa dikedai

       Suasana dikedai saat itu tidak begitu ramai. Hanya ada 2 pengunjung yang sedang menikmati makan dan minum dikedai tersebut, tak seperti kebanyakan orang dikerajaan clent karena selain cara berpakaian mereka yang beda, perawakan merekapun juga beda, begitupun dengan bahasa yang mereka gunakan.

“morning sir, welcome to my stall”, salah seorang pelayan kedai menghampiri clent yang saat itu sudah duduk disalah satu bangku kedai bersama kedua temannya, pharmin dan tom. Pelayan tua itu terlihat begitu senang menyambut ketiga tamunya itu dan dengan bahasa inggris yang bias dibilang seadanya dia menyapa clent dan teman temannya,

“morning”, clent yang disapa tiba = tiba terdiam sejenak. Dia memperhatikan pria tua itu dari atas kepala sampai bawah kaki dan segera menjawab sapaan pemilik kedai tersebut.

“kau bisa bahasa inggris pak tua” ucap clent lagi pada pria itu.

“sedikit = dikit tuan, sepertinya..., tuan dan teman teman teman tuan ini, baru dari perjalan jauh. Benarkah?”

“benar bapak tua dan kalau boleh saya tau.., apa nama kampung ini dan…, apa nama kerajaan disini”

“kampung ini bernama Legok hati tuan dan letak kampung ini berada tak jauh dari kerajaan manucakra”,. Jawab pelayan tua itu lagi lagi dengan sikapnya yang sopan.

“oh begitu…,” clent menganggukkan kepala.

“benar kan clent apa ucapanku” tom yang melihat temannya hanya terdiam segera menimpali ucapan temannya itu.

“lebih baik kau segera memesan makanan untuk kita clent, untuk apa kau menanyakan pertanyaan yang tak tak penting itu”, tukas tom pada clent.

“aku hanya ingin memastikan tom”, jawab clent sedikit kesal dengan perkataan temannya itu, tapi karena ia sendiri pun juga merasa lapar ahirnya ia pun menuruti perkatan temannya itu.

Clent segera memesan makanan pada pemilik kedai  dan mereka pun segera menikmati pesanan mereka itu setelah sesampainya pesanan mereka.

Tak ada yang mereka bicarakan setelah mereka selesai makan. Apalagi tom, beberapa kali ia menguap karena tak tahan kantuk. Mulutnya yang tembem terlihat semakin lucu ketika ia menguap berkali kali.

“apa rencanamu selanjutnya clent?” Tanya tom pada clent yang masih menghabiskan sisa makanan terakhirnya.

“aku belum tau tom, tempat ini sangat indah aku suka sekali tempat ini dan…, kalu lihat disekeliling tempat ini tom, banyak sekali bunga mawar merah yang sedang mekar, aku yakin pasti mamaku suka jika aku ajak ketempat ini”.

“begitukah clent, aku harap ingatan mu pada ibumu membuatmu sadar dan membuatmu memutuskan untuk kembali ketempat kita”, jawab tom dengan mata sedikit terpejam.

“saya belum mau pulang ke rossafel tuan”, pharmin yang sedari tadi diam coba untuk menimpali ucapan tom.

“ahh.., kau sama saja dengan clent tuanmu pharmin”.

“bukan begitu tuan tom, saya pikir orang = orang di istana termasuk paduka patricia pasti sangat berharap pada kita saat ini” jawab pharmin lagi

“terserah kaulah pharmin”, tom menimpali pharmin sambil lalu. Sepertinya tom tidak bias menahan kantuknya.

“pharmin benar tom, selain mereka berharap, aku juga khawatir dengan keadaan mama. Kau tau tom, aku paling tidak bias melihat mamaku khawatir dan…, clent yang menimpali perkataan pharmin tiba - tiba terdiam. Matanya seketika tertuju pada pemandangan yang sepertinya membuat dirinya tak bias mengalihkan pandangannya yang lain.

Tak jauh dari mana ia duduk clent melihat seorang wanita muda cantik, tubuhnya yang bagus, terbalut baju kebaya berwarna merah dengan celana panjang semata kaki yang juga berwarna merah. Wanita itu membawa sebuah pedang yang disarungkan dan diletakkan dibelakang punggungnya.

Clent seperti terpesona apalagi saat wanita itu berjalan masuk melewatinya dan duduk disalah satu bangku didekatnya. Siapa pikir clent saat itu. Ia tak meduga kalau ditempat yang baru disinggahinya itu ada wanita cantiknya juga ternyata.

“kau lihat tom siapa yang datang?” bisik clent pada tom disampingnya.

“siapa apanya clent….?” Tanya tom sambil mengucekkan mata.

“itu wanita didekat kita…, kau lihat dia tom?”

“tak  ada wanita disini clent”, tom memelototkan matanya ketika matanya yang baru terpejam mengarah kepada pharmin.

“kau pelankan sedikit suaramu tom. Seisi kedai ini bisa mendengar suaramu tadi, kau tau itu!”. Clent yang merasa suara temannya yang kencang itu bisa terdengar oleh wanita tersebut, memelankan suaranya sambil mengawasi wanita yang baru duduk didekatnya.

Namun wanita yang sedang dibicarakan olehnya seperti tau kalau dirinya sedang dibicarakan. Wanita itu melirik kearah clent, dengan wajah yang sedikit kesal tetapi tetap tak mempedulikan keadaan sekitarnya.

Clent melihat wanita cantik itu tersenyum kepada pemilik kedai dan nampaknya pemilik kedai tau isyarat yang diberikannya dan tampak pelayan tua yang tadi melayaninya membawakan beberapa makanan kearahnya. Tak ada yang lain yang menarik perhatian clent tapi ketika dilihat sekelilingnya pengunjung lain yang berada di kedai itu tampak terdiam dan tak menoleh sedikitpun kearah wanita tersebut. Sesekali mereka berbisik, tapi nampaknya wanita tersebut sama sekali tak menghiraukannya, dia terus asyik dengan makanannya. Namun.., keasyikan dan keheningan dikedai itu dipecahkan oleh suara orang ribut diluar kedai tak jauh dari tempat wanita berselendang itu duduk.

“sudah berapa kali saya beri kesempatan pada kau nenek tua, tapi masih saja kau tidak bias membayar utangmu!!”, terlihat pemuda tinggi kekar menghardik seorang nenek yang memohon mohon didepannya. Dilihat dari perawakannya sepertinya nenek tersebut sudah berumur enam puluh lima tahunan.

“ampun den.., beri saya kesempatan lagi. Satu kali lagi den”, ucap nenek tua itu memelas

“cih..!!, untuk apa saya harus memberi kesempatan pada kau lagi”,

‘Tolonglah den…, satu kali lagiii saja”,

“kau masih saja membantah nenek tua!!” pemuda yang disebut aden terdengar mendengus, dan tiba tiba ia mendorongkan tangannya kearah tubuh nenek itu sehingga tak ayal lagi nenek tua tersebut langsung jatuh tersungkurb ketanah.

“ampun den.., jangan sakiti nenek”

“sudah saya bilang jangan mebantah…, masih saja kau membantah heh, terima ini nenek tua!!,

Kelihatannya pemuda bewokan itu tak bias menahan emosinya lagi , dan satu saat yg lain dilayangkan kakinya kearah tubuh nenek yang sudah beruban didepannya.

“tolooong…! Nenek tua itu berteriak ketakutan dan ia memejamkan matanya seolah pasrah. Namun sedetik lagi kaki pemuda berewok tersebut mengenai sasarannya.., tiba tiba dari dalam kedai meluncur sehelai selendang yang dengan cepat  melilit kaki pemuda yang sedang dikuasai amarah itu.

Suasana dikedai itu begitu mencekam. Dan itupun tak luput dari penglihatan clent dan teman – temannya yang terus tertuju kearah nenek dan pemuda brewok tersebut. Clent pun melihat bagaimana dengan cepatnya selendang yang dipegang wanita berpakaian merah disampingnya meluncur kearah pemuda itu. Dan sekali wanita cantik itu menyentakkan tangannya, tubuh pemuda berbadan besar itu hancur berhamburan. Semua yang melihat peristiwa itu kaget bukan kepalang, begitu juga dengan clent.

“whaat….!!! Mata clent membulat seketika. Wajahnya pucat karena terkejut.

“kau lihat itu tom…,”

“apakah saya sedang bermimpi clent?”

“kau tidak bermimpi tom.., ayo tunggu apalagi guys..,kita ..,

“a..,a.., akku ngerti maksudmu clent. Larriiiii…!!!.

Tom lari dengan sangat kencang di ikuti clent dan pharmin yang tampa menoleh lagi kearah pemandangan dibelakangnya yang mereka anggap tak masuk akal itu.

“tunggu saya tuaan…,” pharmin yang paling tertua diantara mereka bertiga terlihat tergopoh gopoh sambil berteriak memanggil kedua temannya tersebut.

“ayo pharmin cepaaat….!!, wanita itu mungkin akan segera membunuh kitaaa!!’ jawab clent seperti kalang kabut karena ketakutan. Sementara tom telah meninggalkan mereka entah kemana.

 

Llb. Kematian pharmin

Tom menghentikan larinya ketika dirasanya dia sudah cukup jauh dari kedai itu.namun, sejenak dia terdiam dengan nafas tersengal sengal. Dilihatnya kebelakang, tak satupun temannya ada disana. Tom tercekat, dilihatnya sekali lagi keadaan sekelilingnya. Ddan ia baru tersadar kalau ia sudah berada ditengah hutan yang cukup lebatt!!.

“clent…., pharmin…, dimana kalian” terdengar tom berteriak perlahan.

“clent….?” Dimana kau?” tom memastikan sekali lagi tapi tak satupun suara clent maupun pharmin terdengar. Karena penasaran disibakkannya pohon semak semak disekelilingnya. Setelah sedikit lama tom mencari, tiba tiba dari kejauhan didengarnya suara pharmin reiak pelan memanggilnya.

Tuan tom…, tolong saya”,

Tom yang menyadari kalu suara yang didengarnya itu suara pharmin segera menghampiri asal suara tersebut. Dan tom sangat terkejut ketika ia mendapatkan pharmin dalam keadaan tenggelam separuh badan di tengah pasir berapung.

“pharmin…, apa yang terjadi denganmu..?’

“tolong saya tuan…, entah apa ini, tubuh saya tidak dapat bergerak tuan, dan saya semakin lama semakin tersedot kedalam. Saya takut tuan…”, 

“ tenang pharmin kau jangan bergerak, biar saya coba panggil tuan clent dulu. Mungkin dia bias bantu kau”, ton terlihat kebingungan, dia tak tahu harus berbuat apa. Dipanggilnya clent beberapa kali. Satu…, dua kali, clent yang dipanggilnya tidak juga muncul.

“clent…, clent.., dimana kau”, teriak tom sekali lagi. Dan clent memang tak juga muncul batang hidungnya. Karena yang dipanggilnya tak juga muncul, timbul akal dipikirannya. Dilihatnya batang pohon yang setebal hamper sepergelangan tangan kemudian tom coba mematahkan batang pohon diatas kepalanya tersebut. Batang pohon ini pasti bias menarik pharmin keluar dari kubangan lumpur pasir tersebut batinnya.

Batang pohon didepannya tersebut memang berhasil dipatahkan dan diambilnya namun, alangkah terkejutnya ketika dilihatnya sekelompok lebah tak jauh dari kepalanya siap menyerangnya karena merasa terusik.

“oh my god!” what is that?” tom sekejap saja langsung panic. Dan tampa menunggu lama lagi dilemparnya batang kayu yang tadi diambilnya ketanah, dan segera tom lari meninggalkan tempat tersebut. Tapi lagi lagi ia terkejut ketika dibelakangnya clent berdiri menghadangnya dengan wajah bingung.

“ada apa tom?” ada apa dengan mu?, ucap clent dengan tubuh tersungkur karena jatuh.

“lari clent!!!, ada lebah..!!! tukas tom cepat sambil berlari.

“What..!!!’ clent ikut terkejut dengan apa yang dilihatnya dan juga tampa menunggu lama clent pun ikut lari meninggalkan pharmin yang sedikit demi sedikit menghilang ditelan pasir apung yang menutupi seluruh tubuhnya.

 

IIc. Keadaan yang semakin mencemaskan di rossafell

 

“sudah kau masukkan semua barang – barang nya randy?” Tanya purry pada randy yang saat itu tiba di gudang sayuran dimana biasanya mereka biasa mengumpulkan hasil panen dari sejumlah desa dikerajaan Rossafell.

“sudah semua purry, tapi sayangnya…, sebagian besar desa bulan ini tidak memberikan hasil panen mereka”.

“kenapa bias begitu, bukankah biasanya tiap 6 bulan sekali mereka telah biasa melaporkan hasil panen mereka pada kita?”

“betul sekali purry, tapi menurut yang saya tahu kali ini mereka semua gagal panen. Jawab  randy sambil menyeka keringat yang terus mengucur didahinya. randy adalah salah satu teman clent dia dan juga purry merupakan orang kepercayaaan kerajaan rossafell. Selain membantu purry dalam setiap kerjaannya randy juga kadang membantu kerajaan jika ada masalah yang harus diselesaikan. Randy terkenal dengan perkataannya yang lugas walau banyak yang tahu bahwa ia selalu menyelipkan gurauan pada setiap perkataannya. Tubuhnya yang agak ramping dan rambutnya yang ikal membuat ia sedikit percaya diri dalam mendekati setiap wanita yang disukainya. Beda dengan randy yang kadang suka sekali bergurau, purry teman akrabnya randy terlihat lebih pendiam. Pembawaannya yang serius membuat ia susah sekali untuk membuka hatinya buat seorang pria sekalipun untuk randy yang sepertinya menyukainya.

“apakah kau sudah menanyakan sebabnya pada mereka randy?” Tanya purry sekali lagi

“aku…?”

“ ya kau randy, siapa lagi?’ jawab purry sambil sesekali membasuh keringatnya.

“bukankah itu tugasnya david purry, untuk apa dia diberi kepercayaan oleh paduka gardolf kalau dia tidak bisa mengurus masalah panen desa ini”,

“aku tahu itu tugasnya david randy tapi…, apa salahnya kalau kau ikut membantu dia mengurus masalah ini. Lagipula tugas itu masih ada hubungannya dengan pekerjaan ini kan”,

“kau benar purry tapi, akuu…, kau suruh bekerja sama dengan david purry. Itu sangat tidak mungkin. Kau tau sendirikan bagaimana sifat dan sikap david pada orang lain. sangat tidak mengenakkan”, randy menjelaskan pada purry dengan suara yang agak meninggi.

“terserah padamulah randy aku pikir kau dan david memang takv ada bedanya. Makanya kau tak pernah akur dengan dia” timpal purry pada randy. Purry tidak tahu bagaimana caranya membuat hubungan antara david dan randy menjadi baik walau Ia tau banyak yang memang tak suka pada david dan orang yang benar benar kelihatan menentang david adalah randy temannya itu.

“nona purry, ini ada kiriman kol dari desa Roan dan mereka bilang ini kiriman yang terburuk yang pernah mereka kirim”. Percakapan randy dan purry seketika terputus sesaat ketika datang utusan dari desa Roan yang ingin memberikan hasil panennya.

“baik, kau letakkan saja disamping box dekat meja itu dargo”.

“tunggu dargo coba aku lihat kol yang kau bawa itu”, randy yang yang sedari tadi hanya memperhatikan kedua orang didepannya segera mencegah orang yang disebut dragi tersebut memindahkan sayuran kol ketempat lain.

“iya tuan randy”,

“aku lihat kol yang kau bawa ini bewarna kehitaman, kenapa bisa begini drago?”

“itulah yang aku bingungkan tuan banyak sekali sayuran dari hasil panen kami berwana kehitaman. Sampai kini kami belum tau penyebabnya”.

“coba aku lihat randy”. Purry yang sebelumnya sibuk dengan pekerjaannya jadi penasaran melihat kejadian aneh yang terjadi didepannya.

“memang aneh…, sayuran ini seperti terbakar api. Apa ada kejadian ganjil lain didesa mu drago?” purry terlihat berpikir keras. Sambil terus saja menyeka keringat yang terus becucuran diwajahnya. “aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kejadian ganjil ini tapi…, aku juga merasakan cuaca pada akhir – akhir ini juga begitu panas, kau juga merasakan itu randy?”

“betul purry, aku merasakannya. Lalu.., apa yang harus kita lakukan selanjutnya purry?, kita kan tidak bisa memanfaatkan sayuran – sayuran ini baik untuk dimakan bahkan sekalipun untuk dijual”.

“untuk sementara kita simpan saja sayuran – sayuran ini dan sebagian aku akan berikan pada Bianca untuk diteliti lebih lanjut, mungkin dia bisa mengungkap apa yang benarnya terjadi dengan sayuran - sayuran ini termasuk keganjilan - keganjilan yang terjadi dikerajaan kita randy”’

“baiklah purry, aku setuju denganmu”. Randy menimpali perkataan temannya itu dan kemudian segera membantu drago memindahkan sayura – sayuran ketempat semestinya.

 

 

 

 

 

 

Social Media PJS